Kompas.com/Ronny Adolof BuolJunaidi Dunggio (40), sejak SMP Kelas 3 sudah menekuni usaha pembuatan terompet kertas. Kini penghasilannya bisa mencapai Rp. 40 juta menjelang akhir tahun.
Junaidi Dunggio (40) nampak serius membuat terompet kertas ketikaKompas.com menyambangi kediamannya di Kelurahan Ketang Baru, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (22/12/2012).
Pria murah senyum ini sudah puluhan tahun berprofesi menjadi pembuat terompet dari kertas. "Saya sudah membuat terompet sejak masih kelas 3 SMP," ujar Junaidi. Menjelang akhir tahun seperti ini adalah masa-masa penuh rezeki, Junaidi kebanjiran pesanan. Bersama istrinya dia mengerjakan pesanan terompet-terompet tersebut. "Sehari bisa selesaikan 500-600 buah," kata Junaidi sambil dengan cekatan menyelesaikan sebuah terompet berbentuk saksophone.
Terompet tersebut dibuatnya dari kertas bekas yang dibeli dari penjual barang bekas. Cukup dengan menggunakan lem dan hekter, kertas-kertas bekas tersebut disulapnya menjadi sebuah terompet. Agar terlihat indah terompet dilapisi kertas berwarna metalik. "Dari membuat terompet ini saya sudah menyekolahkan kedua anak saya. Yang sulung kini sudah akan dilantik menjadi seorang polisi," kisah Junaidi bangga.
Dirinya mengaku rumah permanen yang ditinggalinya saat ini juga dibangun dari hasil menjual terompet kertas tersebut. Tahun 2002 lalu, rumahnya yang masih terbuat dari bambu hancur disapu banjir. Lalu dengan ketekunan luar biasa Junaidi bersama istrinya membangun kembali rumah mereka dari hasil menjual terempot.
Terompet buatan Junaidi biasanya dipasarkan kembali pedagang keliling hampir di seluruh wilayah Sulawesi Utara. Bahkan ada beberapa pedagang dari Ternate datang mengambil terompet buatannya. "Kalau yang model biasa saya jual Rp.2500 yang model unik Rp.10.000. Saya sudah untung besar itu," ujar Junaidi polos.
Selain pedagang keliling, beberapa hotel di Manado juga menjadi langganan tetap Junaidi. Mendekati perayaan akhir tahun, pesanannya meningkat tajam. "Saya bisa meraup penghasilan Rp 40 juta diakhir tahun," kata Junaidi.
Ketekunan dan keuletan membawa Junaidi berhasil dengan pekerjaan terompet kertasnya. Walau terlihat sepele tapi siapa sangka terompet-terompet kertas itu telah mampu menghidupi keluarganya.
"Saya dulu hanya penjual balon tiup keliling. Kakak saya yang mengajarkan saya membuat terompet ini," tutup Junaidi yang berasal dari Gorontalo ini. (KOMPAS.com )
Post a Comment